HADITS PENDIDIKAN:
METODE DEMONSTRASI
Disusun guna memenuhi
tugas:
Mata
Kuliah : Hadits Tarbawi II
Dosen
Pengampu : Drs. H. Ahmad Rifa’i, M.Pd
Oleh Kelompok 2 :
Izul
Muna (2021115014)
Yaumul
Markhamah (2021115025)
Kelas :
D
PAI
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI
(IAIN) PEKALONGAN
BAB I
MUKADDIMAH
Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga makalah yang berjudul “Metode
Demonstrasi” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam
semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya,
keluarganya, dan sekalian umatnya hingga akhir zaman.
Di dalam dunia pendidikan sekarang ini, terdapat berbagai
macam metode yan digunakan guna menunjang keberhasilan peserta
didiknya. Salah satunya metode yan akan dibahas pada makalah ini, yaitu metode
demonstrasi. Karena dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua peserta didik
mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Untuk itu,guru harus
memiliki strategi agar peserta didiknya dapat belajar secara efektif ddan
efisien, serta mengena pada tujuan yang diharapkan. Dalam penyusunan makalah ini, mungkin masih banyak
kekurangannya. Oleh sebab itu, penyusun berharap adanya kritik dan saran demi
kesempurnaan. Semoga makalah ini bermanfaat. Aamiin.
BAB II
HADITS PENDIDIKAN: METODE DEMONSTRASI
A.
Hadits Demontrasi
اِنَّ رِجَالاً اَثَوَاسَهَلَ بْنِ سَعِدِ السَاعِدِيْ وَقِدَ
امْتَرَوْفِي الْمِنْبَرِ مِمَّ عُوْدُهُ فَسْاَلُوْهُ عٍنْ ذَلِكَ
فَقَالَ وَاللهِ اِنِّي لاَعْرِفُ مِمَّ هُوَ
وَلَقَدْ رَاَيْتُهُ اَوَّلَ يَوْمَ وُضِعَ وَاَوَّلَ يَوْمَ جَلَسَ عَلَيْهِ
رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم اَرْسَلَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم اِلَى فُلاَ نَهُ امْرَاَةِ مِنَ
الْاَنْصَارِ قَدْ سَمَّاهَا سَهَّلَ مُرِيُ
غُلاَمَكِ النَّجَّارَ اَنْ يَعْمَلَ لِي اَعْوَادَا اَجْلِسُ عَلَيْهِنَّ اِذَا
كَلَمْتُ النَّاسَ فَاَمَرَئْهُ
فَعَمِلَهَامِنْ طَرْقَاءِالْغَابَةِ ثُمَّ جَاءَبِهَافَاَرْسَلَتَ اِلَى رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم فَاَمَّرَبِهَا
فَوَبِعَتْ هَاهُنَا ثُمَّ رَاَيْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّم صَلِى
عَلْيْهَاوَكَبَّرَ وَهُوَعَلَيْهَا ثُمَّ
رَكَعَ وَهُوَعَلَيْهَا ثُمَّ نَزَلَ الْقَهْتَرَى فَسَجَدَ فِيْ اَصْلِ
الْمِنْبَرَثُمَّ
عَادَ فَلَمَّا فَرْغَ اَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ
فَقَالَ اَيُّهَا النَّاسُ اِنَّمَاصُنَعْتُ هَذَالِتَأْتَمُّوا وَلِتَعَلَّمُوا
صَلاَتِي (أخرجه البخاري: كتاب الجامعة: باب
الخطبة على المنير)
B.
Terjemahan Hadits
Sesungguhnya
orang-orang datang kepada Sahal bin Sa’id Sa’idi, dan sungguh mereka lewat di
atas mimbar yang selalu berulang-ulang. Maka mereka bertanya tentang kejadian
itu dan berkata: Demi Allah sesungguhnya saya tidak tahu apa yang diperbuat
Rosulullah SAW dan sungguh saya melihatnya di hari pertama meletakkan dan
pertama Beliau duduk di atas mimbar tadi Ya Rosulullah. Rosulullah SAW menyuruh
(mengutus) kepada Fulanah (seorang perempuan) dari golongan Ansor, sungguh namanya
Sahal Muri (seorang pembantu dari golongan Najjar) supaya membuatkan kepada
saya (Rosul) dari kayu-kayu untuk duduk di atasnya jika saya berbicara
dihadapan manusia. Maka saya (Rosul) perintahkan kepada anak perempuan untuk
mengerjakan kayu-kayu hutan dan kemudian menyueruh datang dan menyampaikannya
kepada ku (Rosul). Maka diperintahkan kepada anak perempuan untuk meletakkan di
tempat itu (mimbar). Saya melihat Rosulullah SAW sholat di atasnya dan takbir kemudian
ruku’ kemudian turun di belakang ujung mimbar dan bersujud. Selanjutnya kembali
ke mimbar, maka ketika selesai Rosul pun menghadap kepada manusia dan berkata:
“Hai para manusia, sesungguhnya yang kami kerjakan ini semata-mata untuk
menyempurnakan sholatmu supaya kamu sekalian mempelajari tentang sholatku.”
Berdasarkan
hadits di atas, bahwa Rosulullah SAW senantiasa memberikan contoh terlebih
dahulu kepada umatnya (manusia) bagaimana Beliau mempraktikan tata cara
beribadah kepada Allah SWT yaitu dengan melalui pemberian pendidikan dan contoh
khusus sebelum dilaksanakan oleh umatnya.
BAB III
ISI HADITS
A.
Pengertian Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan
pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan
sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Demonstrasi dapat
digunakan pada semua mata pelajaran disesuaikan dengan topik dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapainya.
Guru dituntut menguasai bahan pelajaran serta mampu mengorganisasi
kelas. Metode mengajar demonstrasi hakikatnya untuk menyampaikan pembelajaran
pada siswa dalam penguasaan proses objek tertentu selain itu guru yang akan
menjadi model juga dapat mendatangkan narasumber yang akan mendemonstrasikan
objek materi tertentu dengan syarat harus menguasai bahan materi itu, serta
mengutamakan aktifitas siswa untuk melakukan demonstrasi tersebut.
Sedangkan Basyiruddin Usman mengatakan bahwa demonstrasi adalah
salah satu teknik mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau orang lain
yang dengan sengaja dimintai atau siswa sendiri ditunjuk memperlihatkan kepada
kelas tentang suatu proses atau cara mealakukan sesuatu.
Ramayulis mengatakan bahwa istilah demonstrasi dalam pengajaran
dipakai untuk menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan
verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan barang atau benda.
Orang yang mendemonstrasikan (guru, murid atau orang luar) mempertunjukkan
sambil menjelaskan tentang sesuatu yang didemonstrasikan.
Dalam praktek agama Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik banyak
mempergunakan metode ini. Kemudian barulah dikerjakan oleh umatnya, misalnya
demonstrasi tentang cara memandikan mayat orang muslim, cara wudhu, cara
sholat, dan sebagainya.
B. Mempersiapkan Suatu Demonstrasi
Suatu demonstrasi yang baik membutuhkan
persiapan yang teliti dan cermat. Sejauhmana persiapan itu dilakukan amat
banyak tergantung kepada pengalaman yang telah dilalui. Secara umum untuk
melakukan demonstrasi yang baik diperlukan:
1.
Perumusan tujuan yang jelas, yang meliputi
berbagai aspek sehingga dapat diharapkan peserta didik itu dapat melaksanakan
kegiatan demonstrasi setelah pertemuan berakhir,
2.
Menetapkan garis besar langkah-langkah
demonstrasi yang akan dilaksanakan, meliputi persiapan diri, persiapan
alat-alat bantu, dan lain-lain,
3.
Mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan,
4.
Selama demonstrasi berlangsung peerta didik
dapat mempertanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas di akhir pembelajaran,
5.
Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan
peserta didik atau mengadakan demonstrasi ulang untuk memperoleh kecekatan yang
lebih baik.
Dalam
hal ini kemampuan seorang guru perlu diperhatikan dalam menunjang keberhasilan
demonstrasi, diantaranya: (a) Mampu secara proses dalam melaksanakan metode
demonstrasi baik materi atau topik yang dipraktikkan, (b) Mampu mengelola kelas
dan menguasai karakter siswa, (c) Mampu menggunakan alat bantu yang ada, (d)
Mampu melaksanakan penilaian proses.
Kondisi
dan kemampuan peserta didik yang harus diperhatikan juga untuk menunjang
keberhasilan melaksanakan metode ini diantaranya: (a) Peserta didik memiliki
motivasi, perhatian, dan minat terhadap materi atau topik yang
didemonstrasikan, (b) Memahami tentang maksud dan tujuan yang akan
didemonstrasikan, (c) Mampu mengamati proses secara urut, (d) Mampu
mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan.
C.
Kelebihan dan Kekurangan
Metode Demonstrasi
a.
Kelebihan Metode Demonstrasi, diantaranya:
1.
Keaktifan
murid akan bertambah, lebih–lebih kalau murid diikutsertakan.
2.
Pengalaman
murid–murid bertambah, karena murid–murid turut membantu pelaksanaan suatu
demonstrasi sehingga ia menerima pengalaman yang bisa mengembangkan
kecakapannya.
3.
Pelajaran
yang diberikan lebih tahan lama. Dalam suatu demonstrasi, murid–murid bukan
saja mendengar suatu uraian yang diberikan oleh guru tetapi juga
memperhatikannya bahkan turut serta dalam pelaksanaan suatu demonstrasi.
4.
Pengertian
lebih cepat dicapai.
5.
Perhatian
anak–anak dapat dipusatkan dan dianggap penting oleh guru sehingga dapat
diamati oleh anak-anak seperlunya.
6.
Mengurangi
kesalah–kesalahan.
7.
Proses
pengajaran lebih menarik.
b. Kekurangan Metode Demonstrasi, diantaranya:
1.
Metode
ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang itu
pelaksanaan demonstrasi tidak akan efektif.
2.
Fasilitas
seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan
baik.
3.
Demonstrasi
memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang
4.
Memerlukan
waktu yang cukup panjang yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam
pelajaran lain.
D.
Contoh Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi yang diterapkan oleh Rosulullah SAW banyak
terlihat terutama dalam menjalankan masalah ibadah, seperti ibadah sholat, cara
berwudhu, dan manasik haji. Dengan demikian pemahaman para sahabat lebih
mantap. Metode demonstrasi, membutuhkan kepiawaian seorang pendidik, karena
membutuhkan keterampilan yang memadai terlebih dahulu, sebelum pendidik
menerapkannya.
1.
Metode
keteladanan atau Demonstrasi dalam pengajaran kaifiyah shalat.
Berkaitan dengan pengajaran kaifiyah sholat, ditemukan hadits berikut.
عَنْ عَائِشَةَقَالَتْ كَانَ رَسُوْلُاللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَفْتِحُ الصَّلَاةَبِاالتَّكْبِيْرِوَالقِرَاءَةَبِالْحَمْدُ
لِلَّهِ
رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ
وَكَانَ
إِذَارَكَعَ
لَمْ
يُصَوِّبْهُ
وَلَكِنْ
بَيْنَ
ذَلِكَ
وَكَانَ
إِذَارَفَعَ
رَأْسَهُ
مِنَ
الرُّكُوْعِ
لَمْ
يَسْجُدْ
حَتَّى
يَسْتَوِيَ
قَائِمًاوَكَانَ
إِذَارَفَعَ
رَأْسَهُ
مِنَ
السَّجْدَةِ
لَمْ
يَسْجُدْ
حَتَّى
يَسْتَوِيَ
جَالِسًاوَكَانَ
يَقُوْلُ
فِي
كُلِّ
رَكْعَتَيْنِ
التَحِيَّةَ
وَكَانَ
يَفْرِشُ
رِجْلَهُ
الْيُسْرَى
وَيَنْصِبُ
رِجْلَهُ
الْيُمْنَى
وِكَانَ
يَنْهَى
عَنْ
عُقْبَةِ
الشَّيْطَانِ
وَيَنْهَى
أَنْ
يَفْتَرِشَ
الرَّجُلُ
ذِرَاعَيْهِ
افْتِرَاشَ
السَّبُعِ
وِكَانَ
يَخْتِمُ
الصَّلَاةَ
بِالتَّسْلِيْم
Aisyah berkata, “Rasulullah SAW memulai shalat dengan takbir dan
memulai bacaan dengan al-hamd lillah rabb al-‘alamin. Apabila ruku’, beliau
tidak mendongakkan kepalanya dan tidak (pula) menundukkannya, tetapi diantara
itu. Apabila bangkit dari ruku’, beliau tidak sujud sebelum berdiri betul –
betul (lurus). Apabila mengangkat kepalanya dari sujud, beliau tidak sujud lagi
hingga duduk betul – betul. Beliau membaca tahiyat di tiap – tiap dua rakaat,
membentangkan kaki kirinya dan mendirikan kaki kanan. Beliau melarang ‘uqbah
asy-syaithan (cara duduk setan, yaitu menghamparkan dua tapak kaki dan duduk di
atas dua tumitnya) dan melarang seseorang membentangkan dua lengannya (dibumi)
sebagai bentangan binatang buas. Selanjutnya, beliau mengakhiri shalatnya
dengan salam.” (HR. Muslim)
Pengunaan metode demonstrasi dalam pengajaran kaifiyah shalat ini
merupakan hal yang sangat tepat. Hal itu dapat dipahami karena kesesuaian
metode dengan kompetensi yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik.
Dalam mendirikan shalat, umut islam diperintahkan agar mengikuti cara yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW. selain itu, hal tersebut dilakukan agar sahabat
mudah memahami dan tidak melakukan kesalahan.
2.
Metode
keteladanan atau demonstrasi dalam pengajaran bacaan shalat.
Sehubungan dengan penggunaan metode keteladanan dalam pengajaran
bacaan shalat ditemukan hadits berikut.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَقَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْكُتُ بَيْنَ التَّكْبِيْرِوَبَيْنَ الْقِرَاءَةِ إِسْكَاتَةً قَالَ أَحْسِبُهُ قَالَ هُنَيَّةً فَقُلْتُ بِاَبِى وَأُمِّى يَا رَسُوْلَ اللهِ إِسْكَاتُكَ بَيْنَ التَّكْبِيْرِوَالْقِرَاءَةِ
مَاتَقُوْلُ
قَالَ
أَقُوْلُ
اللَّهُمَّ
بَاعِدْبَيْنِى
وَبَيْنَ
خَطَايَاىَ
كَمَابَاغَدْتَ
بَيْنَ
الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ
اللَّهُمَّ
نَقِّنِى
مِنَ
الْخَطَايَاكَمَايُأُمِّى
يَا
رَسُوْلَ
اللهِ
إِسْكَاتُكَ
بَيْنَ
التَّكْبِيْرِوَالْقِرَاءَةِ
مَاتَقُوْلُ
قَالَ
أَقُوْلُ
اللَّهُمَّ
بَاعِدْبَيْنِى
وَبَيْنَ
خَطَايَاىَ
كَمَابَاغَدْتَ
بَيْنَ
الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ
اللَّهُمَّ
نَقِّنِى
مِنَ
الْخَطَايَاكَمَايُنَقَّى
الثَّوْبُ
الأَبْيَضُ
مِنَ
الدَّنَسِ
اللّهُمَّ
اغْسِلْ
خَطَايَاىَ
بِالْمَاءِ
وَالثَّلْجِ
وَالبَرَدِ.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa biasanya Rasulullah SAW diam
sejenak antara takbir dan bacaan. Aku bertanya, “Demi ayah dan ibuku, wahai
Rasulullah. Apa yang engkau baca dalam keheninganmu antara takbir dan bacaan
(Al-Fatikhah)?” Beliau menjawab, “Aku membaca allahumma ba’id baini wa baina
khatayaya kama ba’adta baina al-masyriq wa al-magrib. Allahumma naqqini min
al-khatahaya kama yunaqqa ats-tsaub al-abyadh min ad-danas. Allahummaghsil
khathayaya bi al-mu’ wa ats-tsalj al-barad. (Ya Allah, jauhkankan antara aku
dan dosa–dosaku sebagaimana Engkau telah menjauhkan Timur dari Barat. Ya Allah,
bersihkanlah aku dari dosa–dosa sebagaimana kain putih dibersihkan dari
kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahan–kesalahanku dengan air, salju, dan embun.” (HR. Al-Bukhari)
Melalui hadits di atas dapat diketahui bahwa Rasulullah SAW. telah
memperagakan bacaan doa iftitah di depan sahabatnya (dalam hal ini Abu
Hurairah). Kendatipun ini satu – satunya doa yang dibaca oleh beliau dalam
iftitah, namun yang jelas beliau telah telah menunjukkan dan memperagakan
bacaan tersebut. Selain menunjukkan waktu membaca, beliau juga telah
memperdengarkan bacaan yang benar agar para sahabat dapat mengikutinya. Itu
berarti bahwa eliau telah menggunakan metode keteladanan atau demonstrasi dalam
mengajarkan bacaan shalat.
3.
Metode
keteladanan dalam kedisiplinan waktu penegakan shalat
Ibadah shalat fardhu memiliki waktu tertentu. Setiap muslim harus
mengerjakan shalat yang dimaksud pada waktu yang telah ditentukan. Apabila
seseorang mengerjakan di luar waktu, maka shalat tersebut dipandang tidak
memenuhi persyaratan dan dianggap tidak sah.
Rasulullah SAW telah memberikan keteladanan dalam hal mengerjakan
shalat segera setelah waktunya masuk. Beliau meninggalkan segala pekerjaannya
ketika adzan dikumandangkan.
عَنِ
الأَسْوَدِقَالَ
سَأَلْتُ
عَائِشَةَمَاكَانَ
النَّبِيُّ
صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
يَصْنَعُ
فِى
أَهْلِهِ
قَالَتْ
كَانَ
فِى
مِهْنَةِ
أَهْلِهِ
فَإِذَاحَضَرَتِ
الصَّلَاةُقَامَ
إِلَى
الصَّلَاةِ.
Al-Aswad meriwayatkan, “Aku bertanya kepada Aisyah, ‘Bagaimana
keadaan Nabi Saw ketika bekerja?’ Aisyah menjawab, ‘Ketika beliau bekerja untuk
urusan keluarganya, lalu masuk waktu shalat, maka beliau langsung keluar
(berhenti bekerja) lalu shalat.”
(HR. Al-Bukhari)
4.
Metode
keteladanan dalam membentuk ketentuan mendirikan shalat
Shalat adalah ibadah yang harus dilaksanakan dengan tekun dan terus
– menerus. Shalat tidak boleh dilakukan bagaikan kedatangan air banjir, yaitu
ketika bersemangat, shalat dilakukan dengan banyak dan baik, tetapi apabila
kurang semangat, penegakan shalat mengalami penurunan bahkan tertinggal.
Rasulullah SAW telah
memperlihatkan kesungguhannya dalam mendirikan shalat malam (tahajjud) di depan
sahabat (Aisyah). Kesungguhan beliau beribadah tidak berkurang karena adanya
berita gembira (informasi) bahwa beliau telah diampuni oleh Allah SWT. Beliau
telah memberikan keteladanan bagaimana cara mensyukuri nikmat yang telah
diberikan oleh-Nya.
SIMPULAN
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan
pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan
sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Demonstrasi dapat
digunakan pada semua mata pelajaran disesuaikan dengan topik dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapainya.
Dalam praktek agama Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik banyak
mempergunakan metode ini. Kemudian barulah dikerjakan oleh umatnya, misalnya
demonstrasi tentang cara memandikan mayat orang muslim, cara wudhu, cara
sholat, dan sebagainya.
Dalam hal ini kemampuan seorang guru perlu
diperhatikan dalam menunjang keberhasilan demonstrasi, diantaranya: (a) Mampu
secara proses dalam melaksanakan metode demonstrasi baik materi atau topik yang
dipraktikkan, (b) Mampu mengelola kelas dan menguasai karakter siswa, (c) Mampu
menggunakan alat bantu yang ada, (d) Mampu melaksanakan penilaian proses.
Berdasarkan hadits di atas, bahwa Rosulullah
SAW senantiasa memberikan contoh terlebih dahulu kepada umatnya (manusia)
bagaimana Beliau mempraktikan tata cara beribadah kepada Allah SWT yaitu dengan
melalui pemberian pendidikan dan contoh khusus sebelum dilaksanakan oleh
umatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anita W, Sri.
2013. Strategi Pembelajaran di SD. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.
Az-Zabidi,
Imam. 2004. Ringkasan Shahih Al-Bukhori. Bandung: Mizan.
Maunah, Binti.
2009. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Yogyakarta: Teras.
Zainal Efendi
Hasibuan, Samsul Nizar. 2011. Hadits Tarbawi: Membangun Kerangka Pendidikan
Ideal Perspektif Rasulullah. Jakarta: Kalam Mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar