Total Tayangan Halaman

Minggu, 12 Maret 2017

HADITS TARBAWI (METODE DEMONSTRASI)




HADITS PENDIDIKAN:
METODE DEMONSTRASI

Disusun guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah              : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu      : Drs. H. Ahmad Rifa’i, M.Pd


Logo IAIN PKL.jpg


Oleh Kelompok 2 :
Izul Muna                              (2021115014)
Yaumul Markhamah            (2021115025)

Kelas : D
PAI

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PEKALONGAN
2017

BAB I

MUKADDIMAH

Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga makalah yang berjudul “Metode Demonstrasi” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya, keluarganya, dan sekalian umatnya hingga akhir zaman.
Di dalam dunia pendidikan sekarang ini, terdapat berbagai macam metode yan digunakan guna menunjang keberhasilan peserta didiknya. Salah satunya metode yan akan dibahas pada makalah ini, yaitu metode demonstrasi. Karena dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua peserta didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Untuk itu,guru harus memiliki strategi agar peserta didiknya dapat belajar secara efektif ddan efisien, serta mengena pada tujuan yang diharapkan. Dalam penyusunan makalah ini, mungkin masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, penyusun berharap adanya kritik dan saran demi kesempurnaan. Semoga makalah ini bermanfaat. Aamiin.





                                                                                               



BAB II
HADITS PENDIDIKAN: METODE DEMONSTRASI

A.    Hadits Demontrasi

  اِنَّ رِجَالاً اَثَوَاسَهَلَ بْنِ سَعِدِ السَاعِدِيْ وَقِدَ امْتَرَوْفِي الْمِنْبَرِ مِمَّ عُوْدُهُ فَسْاَلُوْهُ عٍنْ ذَلِكَ
  فَقَالَ وَاللهِ اِنِّي لاَعْرِفُ مِمَّ هُوَ وَلَقَدْ رَاَيْتُهُ اَوَّلَ يَوْمَ وُضِعَ وَاَوَّلَ يَوْمَ جَلَسَ عَلَيْهِ رَسُوْلُ
  اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم اَرْسَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم اِلَى فُلاَ نَهُ امْرَاَةِ مِنَ
  الْاَنْصَارِ قَدْ سَمَّاهَا سَهَّلَ مُرِيُ غُلاَمَكِ النَّجَّارَ اَنْ يَعْمَلَ لِي اَعْوَادَا اَجْلِسُ عَلَيْهِنَّ اِذَا
  كَلَمْتُ النَّاسَ فَاَمَرَئْهُ فَعَمِلَهَامِنْ طَرْقَاءِالْغَابَةِ ثُمَّ جَاءَبِهَافَاَرْسَلَتَ اِلَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
  اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم فَاَمَّرَبِهَا فَوَبِعَتْ هَاهُنَا ثُمَّ رَاَيْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم صَلِى
  عَلْيْهَاوَكَبَّرَ وَهُوَعَلَيْهَا ثُمَّ رَكَعَ وَهُوَعَلَيْهَا ثُمَّ نَزَلَ الْقَهْتَرَى فَسَجَدَ فِيْ اَصْلِ الْمِنْبَرَثُمَّ
  عَادَ فَلَمَّا فَرْغَ اَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ اَيُّهَا النَّاسُ اِنَّمَاصُنَعْتُ هَذَالِتَأْتَمُّوا وَلِتَعَلَّمُوا
  صَلاَتِي (أخرجه البخاري: كتاب الجامعة: باب الخطبة على المنير)

B.     Terjemahan Hadits

Sesungguhnya orang-orang datang kepada Sahal bin Sa’id Sa’idi, dan sungguh mereka lewat di atas mimbar yang selalu berulang-ulang. Maka mereka bertanya tentang kejadian itu dan berkata: Demi Allah sesungguhnya saya tidak tahu apa yang diperbuat Rosulullah SAW dan sungguh saya melihatnya di hari pertama meletakkan dan pertama Beliau duduk di atas mimbar tadi Ya Rosulullah. Rosulullah SAW menyuruh (mengutus) kepada Fulanah (seorang perempuan) dari golongan Ansor, sungguh namanya Sahal Muri (seorang pembantu dari golongan Najjar) supaya membuatkan kepada saya (Rosul) dari kayu-kayu untuk duduk di atasnya jika saya berbicara dihadapan manusia. Maka saya (Rosul) perintahkan kepada anak perempuan untuk mengerjakan kayu-kayu hutan dan kemudian menyueruh datang dan menyampaikannya kepada ku (Rosul). Maka diperintahkan kepada anak perempuan untuk meletakkan di tempat itu (mimbar). Saya melihat Rosulullah SAW sholat di atasnya dan takbir kemudian ruku’ kemudian turun di belakang ujung mimbar dan bersujud. Selanjutnya kembali ke mimbar, maka ketika selesai Rosul pun menghadap kepada manusia dan berkata: “Hai para manusia, sesungguhnya yang kami kerjakan ini semata-mata untuk menyempurnakan sholatmu supaya kamu sekalian mempelajari tentang sholatku.”
            Berdasarkan hadits di atas, bahwa Rosulullah SAW senantiasa memberikan contoh terlebih dahulu kepada umatnya (manusia) bagaimana Beliau mempraktikan tata cara beribadah kepada Allah SWT yaitu dengan melalui pemberian pendidikan dan contoh khusus sebelum dilaksanakan oleh umatnya.
BAB III
ISI HADITS

A.    Pengertian Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran disesuaikan dengan topik dan tujuan pembelajaran yang akan dicapainya.
Guru dituntut menguasai bahan pelajaran serta mampu mengorganisasi kelas. Metode mengajar demonstrasi hakikatnya untuk menyampaikan pembelajaran pada siswa dalam penguasaan proses objek tertentu selain itu guru yang akan menjadi model juga dapat mendatangkan narasumber yang akan mendemonstrasikan objek materi tertentu dengan syarat harus menguasai bahan materi itu, serta mengutamakan aktifitas siswa untuk melakukan demonstrasi tersebut. 
Sedangkan Basyiruddin Usman mengatakan bahwa demonstrasi adalah salah satu teknik mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja dimintai atau siswa sendiri ditunjuk memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses atau cara mealakukan sesuatu.
Ramayulis mengatakan bahwa istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan barang atau benda. Orang yang mendemonstrasikan (guru, murid atau orang luar) mempertunjukkan sambil menjelaskan tentang sesuatu yang didemonstrasikan.
Dalam praktek agama Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik banyak mempergunakan metode ini. Kemudian barulah dikerjakan oleh umatnya, misalnya demonstrasi tentang cara memandikan mayat orang muslim, cara wudhu, cara sholat, dan sebagainya.

B.     Mempersiapkan Suatu Demonstrasi
Suatu demonstrasi yang baik membutuhkan persiapan yang teliti dan cermat. Sejauhmana persiapan itu dilakukan amat banyak tergantung kepada pengalaman yang telah dilalui. Secara umum untuk melakukan demonstrasi yang baik diperlukan:
1.      Perumusan tujuan yang jelas, yang meliputi berbagai aspek sehingga dapat diharapkan peserta didik itu dapat melaksanakan kegiatan demonstrasi setelah pertemuan berakhir,
2.      Menetapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan, meliputi persiapan diri, persiapan alat-alat bantu, dan lain-lain,
3.      Mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan,
4.      Selama demonstrasi berlangsung peerta didik dapat mempertanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas di akhir pembelajaran,
5.      Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan peserta didik atau mengadakan demonstrasi ulang untuk memperoleh kecekatan yang lebih baik.

            Dalam hal ini kemampuan seorang guru perlu diperhatikan dalam menunjang keberhasilan demonstrasi, diantaranya: (a) Mampu secara proses dalam melaksanakan metode demonstrasi baik materi atau topik yang dipraktikkan, (b) Mampu mengelola kelas dan menguasai karakter siswa, (c) Mampu menggunakan alat bantu yang ada, (d) Mampu melaksanakan penilaian proses.
            Kondisi dan kemampuan peserta didik yang harus diperhatikan juga untuk menunjang keberhasilan melaksanakan metode ini diantaranya: (a) Peserta didik memiliki motivasi, perhatian, dan minat terhadap materi atau topik yang didemonstrasikan, (b) Memahami tentang maksud dan tujuan yang akan didemonstrasikan, (c) Mampu mengamati proses secara urut, (d) Mampu mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan.

C.    Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
a.       Kelebihan Metode Demonstrasi, diantaranya:
1.      Keaktifan murid akan bertambah, lebih–lebih kalau murid diikutsertakan.
2.      Pengalaman murid–murid bertambah, karena murid–murid turut membantu pelaksanaan suatu demonstrasi sehingga ia menerima pengalaman yang bisa mengembangkan kecakapannya.
3.      Pelajaran yang diberikan lebih tahan lama. Dalam suatu demonstrasi, murid–murid bukan saja mendengar suatu uraian yang diberikan oleh guru tetapi juga memperhatikannya bahkan turut serta dalam pelaksanaan suatu demonstrasi.
4.      Pengertian lebih cepat dicapai.
5.      Perhatian anak–anak dapat dipusatkan dan dianggap penting oleh guru sehingga dapat diamati oleh anak-anak seperlunya.
6.      Mengurangi kesalah–kesalahan.
7.      Proses pengajaran lebih menarik.




b.      Kekurangan Metode Demonstrasi, diantaranya:
1.      Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang itu pelaksanaan demonstrasi tidak akan efektif.
2.      Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.
3.      Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang
4.      Memerlukan waktu yang cukup panjang yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.


D.    Contoh Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi yang diterapkan oleh Rosulullah SAW banyak terlihat terutama dalam menjalankan masalah ibadah, seperti ibadah sholat, cara berwudhu, dan manasik haji. Dengan demikian pemahaman para sahabat lebih mantap. Metode demonstrasi, membutuhkan kepiawaian seorang pendidik, karena membutuhkan keterampilan yang memadai terlebih dahulu, sebelum pendidik menerapkannya.
1.      Metode keteladanan atau Demonstrasi dalam pengajaran kaifiyah shalat.
Berkaitan dengan pengajaran kaifiyah sholat, ditemukan hadits berikut.
عَنْ عَائِشَةَقَالَتْ كَانَ رَسُوْلُاللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَفْتِحُ الصَّلَاةَبِاالتَّكْبِيْرِوَالقِرَاءَةَبِالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَكَانَ إِذَارَكَعَ لَمْ يُصَوِّبْهُ وَلَكِنْ بَيْنَ ذَلِكَ وَكَانَ إِذَارَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ لَمْ يَسْجُدْ حَتَّى يَسْتَوِيَ قَائِمًاوَكَانَ إِذَارَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ السَّجْدَةِ لَمْ يَسْجُدْ حَتَّى يَسْتَوِيَ جَالِسًاوَكَانَ يَقُوْلُ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ التَحِيَّةَ وَكَانَ يَفْرِشُ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَيَنْصِبُ رِجْلَهُ الْيُمْنَى وِكَانَ يَنْهَى عَنْ عُقْبَةِ الشَّيْطَانِ وَيَنْهَى أَنْ يَفْتَرِشَ الرَّجُلُ ذِرَاعَيْهِ افْتِرَاشَ السَّبُعِ وِكَانَ يَخْتِمُ الصَّلَاةَ بِالتَّسْلِيْم
Aisyah berkata, “Rasulullah SAW memulai shalat dengan takbir dan memulai bacaan dengan al-hamd lillah rabb al-‘alamin. Apabila ruku’, beliau tidak mendongakkan kepalanya dan tidak (pula) menundukkannya, tetapi diantara itu. Apabila bangkit dari ruku’, beliau tidak sujud sebelum berdiri betul – betul (lurus). Apabila mengangkat kepalanya dari sujud, beliau tidak sujud lagi hingga duduk betul – betul. Beliau membaca tahiyat di tiap – tiap dua rakaat, membentangkan kaki kirinya dan mendirikan kaki kanan. Beliau melarang ‘uqbah asy-syaithan (cara duduk setan, yaitu menghamparkan dua tapak kaki dan duduk di atas dua tumitnya) dan melarang seseorang membentangkan dua lengannya (dibumi) sebagai bentangan binatang buas. Selanjutnya, beliau mengakhiri shalatnya dengan salam.” (HR. Muslim)
Pengunaan metode demonstrasi dalam pengajaran kaifiyah shalat ini merupakan hal yang sangat tepat. Hal itu dapat dipahami karena kesesuaian metode dengan kompetensi yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik. Dalam mendirikan shalat, umut islam diperintahkan agar mengikuti cara yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. selain itu, hal tersebut dilakukan agar sahabat mudah memahami dan tidak melakukan kesalahan.

2.      Metode keteladanan atau demonstrasi dalam pengajaran bacaan shalat.
Sehubungan dengan penggunaan metode keteladanan dalam pengajaran bacaan shalat ditemukan hadits berikut.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَقَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْكُتُ بَيْنَ التَّكْبِيْرِوَبَيْنَ الْقِرَاءَةِ إِسْكَاتَةً قَالَ أَحْسِبُهُ قَالَ هُنَيَّةً فَقُلْتُ بِاَبِى وَأُمِّى يَا رَسُوْلَ اللهِ إِسْكَاتُكَ بَيْنَ التَّكْبِيْرِوَالْقِرَاءَةِ مَاتَقُوْلُ قَالَ أَقُوْلُ اللَّهُمَّ بَاعِدْبَيْنِى وَبَيْنَ خَطَايَاىَ كَمَابَاغَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِى مِنَ الْخَطَايَاكَمَايُأُمِّى يَا رَسُوْلَ اللهِ إِسْكَاتُكَ بَيْنَ التَّكْبِيْرِوَالْقِرَاءَةِ مَاتَقُوْلُ قَالَ أَقُوْلُ اللَّهُمَّ بَاعِدْبَيْنِى وَبَيْنَ خَطَايَاىَ كَمَابَاغَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِى مِنَ الْخَطَايَاكَمَايُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ اللّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَاىَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالبَرَدِ.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa biasanya Rasulullah SAW diam sejenak antara takbir dan bacaan. Aku bertanya, “Demi ayah dan ibuku, wahai Rasulullah. Apa yang engkau baca dalam keheninganmu antara takbir dan bacaan (Al-Fatikhah)?” Beliau menjawab, “Aku membaca allahumma ba’id baini wa baina khatayaya kama ba’adta baina al-masyriq wa al-magrib. Allahumma naqqini min al-khatahaya kama yunaqqa ats-tsaub al-abyadh min ad-danas. Allahummaghsil khathayaya bi al-mu’ wa ats-tsalj al-barad. (Ya Allah, jauhkankan antara aku dan dosa–dosaku sebagaimana Engkau telah menjauhkan Timur dari Barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari dosa–dosa sebagaimana kain putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahan–kesalahanku dengan air, salju, dan embun.” (HR. Al-Bukhari)
Melalui hadits di atas dapat diketahui bahwa Rasulullah SAW. telah memperagakan bacaan doa iftitah di depan sahabatnya (dalam hal ini Abu Hurairah). Kendatipun ini satu – satunya doa yang dibaca oleh beliau dalam iftitah, namun yang jelas beliau telah telah menunjukkan dan memperagakan bacaan tersebut. Selain menunjukkan waktu membaca, beliau juga telah memperdengarkan bacaan yang benar agar para sahabat dapat mengikutinya. Itu berarti bahwa eliau telah menggunakan metode keteladanan atau demonstrasi dalam mengajarkan bacaan shalat.

3.      Metode keteladanan dalam kedisiplinan waktu penegakan shalat
Ibadah shalat fardhu memiliki waktu tertentu. Setiap muslim harus mengerjakan shalat yang dimaksud pada waktu yang telah ditentukan. Apabila seseorang mengerjakan di luar waktu, maka shalat tersebut dipandang tidak memenuhi persyaratan dan dianggap tidak sah.
Rasulullah SAW telah memberikan keteladanan dalam hal mengerjakan shalat segera setelah waktunya masuk. Beliau meninggalkan segala pekerjaannya ketika adzan dikumandangkan.
عَنِ الأَسْوَدِقَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَمَاكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ فِى أَهْلِهِ قَالَتْ كَانَ فِى مِهْنَةِ أَهْلِهِ فَإِذَاحَضَرَتِ الصَّلَاةُقَامَ إِلَى الصَّلَاةِ.
Al-Aswad meriwayatkan, “Aku bertanya kepada Aisyah, ‘Bagaimana keadaan Nabi Saw ketika bekerja?’ Aisyah menjawab, ‘Ketika beliau bekerja untuk urusan keluarganya, lalu masuk waktu shalat, maka beliau langsung keluar (berhenti bekerja) lalu shalat.” (HR. Al-Bukhari)

4.      Metode keteladanan dalam membentuk ketentuan mendirikan shalat
Shalat adalah ibadah yang harus dilaksanakan dengan tekun dan terus – menerus. Shalat tidak boleh dilakukan bagaikan kedatangan air banjir, yaitu ketika bersemangat, shalat dilakukan dengan banyak dan baik, tetapi apabila kurang semangat, penegakan shalat mengalami penurunan bahkan tertinggal.
 Rasulullah SAW telah memperlihatkan kesungguhannya dalam mendirikan shalat malam (tahajjud) di depan sahabat (Aisyah). Kesungguhan beliau beribadah tidak berkurang karena adanya berita gembira (informasi) bahwa beliau telah diampuni oleh Allah SWT. Beliau telah memberikan keteladanan bagaimana cara mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh-Nya.





SIMPULAN
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran disesuaikan dengan topik dan tujuan pembelajaran yang akan dicapainya.
Dalam praktek agama Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik banyak mempergunakan metode ini. Kemudian barulah dikerjakan oleh umatnya, misalnya demonstrasi tentang cara memandikan mayat orang muslim, cara wudhu, cara sholat, dan sebagainya.
Dalam hal ini kemampuan seorang guru perlu diperhatikan dalam menunjang keberhasilan demonstrasi, diantaranya: (a) Mampu secara proses dalam melaksanakan metode demonstrasi baik materi atau topik yang dipraktikkan, (b) Mampu mengelola kelas dan menguasai karakter siswa, (c) Mampu menggunakan alat bantu yang ada, (d) Mampu melaksanakan penilaian proses.
Berdasarkan hadits di atas, bahwa Rosulullah SAW senantiasa memberikan contoh terlebih dahulu kepada umatnya (manusia) bagaimana Beliau mempraktikan tata cara beribadah kepada Allah SWT yaitu dengan melalui pemberian pendidikan dan contoh khusus sebelum dilaksanakan oleh umatnya.
     





DAFTAR PUSTAKA

Anita W, Sri. 2013. Strategi Pembelajaran di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Az-Zabidi, Imam. 2004. Ringkasan Shahih Al-Bukhori. Bandung: Mizan.
Maunah, Binti. 2009. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Yogyakarta: Teras.
Zainal Efendi Hasibuan, Samsul Nizar. 2011. Hadits Tarbawi: Membangun Kerangka Pendidikan Ideal Perspektif Rasulullah. Jakarta: Kalam Mulia.

Tidak ada komentar: